Minggu, 11 Agustus 2013

Sendiri...

Sendiri...
Itu yang kini dialami...
Oleh aku, kedua kakak dan bapak yang selalu merasa sepi...
Atas "berduaan" yang dihalalkan seperti yang lainnya di muka bumi ini..
Namun semua itu kini hanya tinggal mimpi...



Sendiri...
Hampir 2 bulan bapak sendiri...
Setelah almarhumah pergi ke haribaan sang "kekasih sejati"...
Padahal hampir 34 tahun bapak merasakan kebahagiaan dunia fanawi dari kesederhanaan cinta sejati...
Yang tak pernah ada kata caci maki dan selisih atas semua "hiasan" dunia yang meracuni...



Sendiri...
Kakak pertama ku pun ikut terjamahi...
Kesepian dari kesendirian yang diakibatkan kegilaan kemilauan atas hiasan dunia dari seorang laki-laki..
Terhadap perempuan yang sebenarnya belum ada kata "hak" untuk diikut campuri...
Padahal ada kemilauan hakiki dari sang ilahi berupa dua "cahaya titipan" yang bersifat abadi..



Sendiri..
Kakak kedua ku memang sudah terbiasa sendiri...
Karena memang itulah "keadaan" terbaik yang harus disimpuli..
Untuk kebahagiaan satu-satunya titipan cahaya yang ia miliki...
Dibanding "berduaan" namun selalu ada cacian atas kecurigaan di setiap hari...



Sendiri...
Aku lah lakon terakhir yang memerani selama hampur 24 tahun ini...
Walau pada kenyataannya memang kesempatan "berduaan" itu belum saatnya untuk diberi...
Dari ketetapanNya yang melihat diriku masih banyak yang perlu di benahi...
Untuk kebaikan diriku dan bidadari yang menemani hidup ku di dunia ini...




Tapi...
Dari keadaan "sendiri" bapak dan kedua kakak ku itu aku dapat menemukan arti...
Bahwa kebahagiaan hakiki dari cinta sejati...
Harus dibangun dari kepercayaan dan pengertian di kedua lubuk hati...
Harus bisa saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing di kedua pribadi..
Harus saling memahami..

"berbeda untuk menjalin persepsi sama" dan "bersama untuk mengkerdilkan ego yang berbeda" 

Tak melulu yang namanya "kemilauan dunia" bisa membahagiai...
Tak melulu yang namanya "cahaya titipan" itu merepoti atau bahkan menjadi beban dalam hidup ini...
Tak melulu yang namanya "bahagia" harus mewah dan di pandang wah oleh mereka yang melihati...

Dan terakhir...

"Setia kepada almarhum/ah di dalam kehidupan dunia hanya boleh dilakukan kepada Nabi SAW,, jadi setia-lah dengan sewajarnya kepada pasangan tanpa harus ada kata sehidup semati... karena kematian berarti mengikhlaskan kepergian kekasih sejati untuk menghadap kekasihNya yang berhak memiliki.. dan mencari (lagi) pasangan lain yang berkeadaan sama untuk kemaslahatan hidup di dunia... "        



Tidak ada komentar: